Total Pageviews

Friday, May 12, 2006

Menjadi Emas di hadapan Allah

By, Desmon Silitonga

Rangkullah Kesulitan & Ujian Ketika Itu Datang

Kesulitan merupakan ramuan yang mujarab yang menujukkan pribadi seseorang yang paling dalam. Dengan kesulitan maka akan terlihat dengan jelas bagian terdalam dalam diri seseorang, karena terkadang ketika kesulitan tidak datang, maka kecenderungan seseorang akan selalu berada dipermukaan kehidupannya. Kesulitan akan semakin memurnikan orang, karakter, sifat, perilaku dan yang terutama akan membuat kita semakin menyadari siapa kita dan siapa Allah.
Tetapi anehnya, tidak seorang pun ingin mengalami kesulitan, kesusahan, tekanan-tekanan kehidupan, menghadapi pergumulan, dan inginnya kita (termasuk saya) hidup dengan normal-normal saja dan kalau bisa senang terus. Itu memang baik, tetapi ketika itu yang terus kita inginkan, maka kita sedang memelihara bom waktu yang akan siap meledak setiap saat dan akan menghancurkan kita sendiri. Mengapa? Karena, jika kita tidak mengalami kesulitan, maka kita tidak akan pernah tahu apa artinya berserah dan ada kekuatan yang lebih besar dari apa pun yang kita miliki.
Ayub adalah teladan dalam kitab suci yang telah lulus menjalani setiap cobaan dan kesulitan yang begitu beratnya dan penderitaan yang begitu mengenaskan menimpa Ayub yang begitu kaya dan terkenal, tetapi di saat-saat kritis sekalipun dalam hidupnya, dia tetap percaya dan memandang kepada Allah. Dan kesulitan itu tidak membuat dia semakin mempercayai Allah, dengan peryataannya “Sebab Ia tahu jalan hidupku, seandainya Ia menguji aku maka aku akan timbul sebagai emas.” (Ayub 23:10). Ujian telah membuat Ayub tidak hanya menjadi kesukaan bagi Allah, berkat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi Ayub telah muncul sebagai emas yang memberi kemilau bagi orang2 yang mengalami hal2 seperti yang dialami Ayub.
Jika kita ingin membuktikan apakah emas murni atau tidak, maka emas harus melalui proses pengujian yang sangat panjang, harus dilebur dengan temperatur yang sangat tinggi, ditekan dengan tekanan yang sangat tinggi, dan hal ini tidak hanya dilakukan dalam sekali proses, tetapi harus melalui proses yang berulang-ulang, sehingga hanya melalui proses yang berulang-ulang itulah maka akan dihasilkan emas yang benar2 murni.
Demikian juga Allah. Allah ingin kita menjadi emas di hadapanNya. Keselamatan memang sudah kita miliki, tetapi Allah tidak puas jika kita hanya hidup dalam keselamatan itu, tetapi Allah ingin kita juga semakin dewasa di dalam mengenal Dia. Dan hal itu hanya melalui proses-proses ujian dalam hidup yang tentunya ujian-ujian itu, bisa melalui kesulitan2 yang kita alami. Melalui ujian itu, Allah ingin membongkar semua karakter2 kita yang kotor dan menggantikannya dengan karakter yang semakin kuat dan murni. Namun, kita sering kali tidak bisa melihat ini sebagai sebuah keuntungan. Kita cenderung marah, tidak mau menerima, menolak, menyalakan keadaan, dan bahkan menyalakan Allah. Mengapa ini bisa terjadi? Karena kita tidak ingin zona kenyamanan kita terganggu dan diusik. Hal ini adalah natural dan itulah kemanusiaan kita sesungguhnya dan betapa lemahnya kita.
Kita akan selalu protes seperti kisah orang Israel ketika mereka dalam kondisi terjepit ketika mereka akan menyeberangi laut teberau tetapi di sisi lain mereka sedang dikejar oleh tentara-tentara Mesir. Reaksi bangsa itu sungguh sangat memalukan, karena bukannya berharap kepada Allah, melainkan menyalahkan Musa (Kej 14:10-12) dan seperti itu juga kita, ketika kita dalam keadaan terjepit, kecenderungannya kita akan selalu mempersalahkan orang, keadaan, dan menyesali apa yang kita sudah jalani. Ini manusiawi, tetapi sekali lagi, jika kita mau percaya, Allah sesungguhnya siap dan berjaga-jaga untuk meluputkan kita. Allah tidak menyukai sikap yang mencari kesalahan orang lain, keadaan, ketika keadaan terjepit. Melainkan Allah sangat mencintai orang yang terus menaruh harapan kepadaNya, walaupun terkadang harapan dan pertolongan itu tidak kunjung datang.
Itulah sisi kemanusiaan kita, tetapi Allah siap terus mengajari kita, bahwa jika pun kesulitan dan keadaan2 terjepit datang, peluklah itu dan pandanglah Allah. Tekanan2 kehidupan, tekanan financial, tekanan pergaulan, keluarga, hubungan2, merupakan bunga2 kehidupan yang akan silih berganti kita alami. Tetapi jika kita percaya ada Allah, ada kekuatan yang akan membuat kita semakin murni seperti emas dihadapan-Nya jika kita mau taat, maka kita akan terus bersukacita, berpengharapan, tidak mengasihi diri sendiri ketika semua kesulitan itu datang. Rencana Allah adalah rencana yang kekal dalam kehidupan kita, dan semua kesulitan itu tidak akan menggagalkan rencana-Nya berlaku atas hidup kita. Oleh karena Allah baik dan Dia akan selalu baik. Dia siap menolong kita dan menjadikan kita menjadi emas dihadapan-Nya, jika kita terus menghidupi artinya beriman, berpengharapan di dalam Dia, dan berserah di hadapan Dia. Biarlah segala tekanan dan ujian yang boleh terjadi di dalam kehidupan kita, tidak menyurutkan kita untuk mengasihi Allah, tetapi semakin menghormati Dia, memuji Dia, mengagungkan Dia, walaupun memang terkadang sulit, tetapi itulah bagian kita. Jangan katakan mengapa, tetapi katakanlah, biarlah Tuhan rencana-Mu yang terjadi dalam hidupku.
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai hanya tidak berbuat dosa.” (Ibrani 4:15)
Allah lebih tahu setiap detail kesulitan2 kita, Dialah yang menciptakan kita dan Dia tahu kita siapa dan lebih mengerti dan paham segala kesakitan dan kelemahan2 kita, dan Dia ingin menolong kita, jika kita mau tetap berharap kepada-Nya.

No comments:

Pencapaian Terbaik Manusia !

Pencapaian terbesar hidup manusia adalah ketika nafas hidupnya di dunia ini selesai… dan yang terbaik adalah ketika ia kembali kepangkuan Sa...